Pertanian memanfaatkan industri 4.0 (Ai, Smart Farming, robotic, dst) adlh keniscayaan. Namun jangan lupakan rumus dasar nya, Panca Usaha Tani (AT Mosher) meliputi bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, kemudian pengairan atau irigasi harus tercapai dulu...
Kita hanya tahu makin besar arus impor bahan pangan (kedelai, gula, tepung, dll) sementara, permasalahan sebenarnya adlh banyak petani belum tahu bahwa biomassa di sekitar mereka adalah bahan nutrisi bagi kesehatan dan produktivitas pertaniannya.
Kemelimpahan biomassa (gulma, gulma air/ eceng gondok), limbah pasca panen, sisa konsumsi organik terbawa ke kota jadi sampah, limbah industri berbasis pertanian) memiliki urgensi kembalikan ke pertanian, jika tidak ingin tanah dan kebun Indonesia makin miskin hara.
Di Brazil sana...
Pertanian, misalnya perkebunan jagung sudah dikelola seperti mengelola sebuah perusahaan manufaktur (pabrikan).
Dengan skala ekonomi yang feasible, biaya bisa ditekan seminimal mungkin dan menghasilkan produk dengan standar kualitas yang terukur dengan menggunakan mesin-mesin yang modern.
Hasil bumi langsung diolah di area perkebunan dan keluar sudah siap dipasarkan.
Sehingga hasil pertanian dapat dijual dengan harga yang bersaing dengan standar kualitas yang ajeg, konsisten dan kontinyu.
Tak heran mereka bisa mengekspor hasil bumi, seperti kedelai, jagung dan lain-lain dengan produk lokal.
Lalu bagaimana dengan kita?
Sudah siapkah bersaing di negeri sendiri?
Kapan bisa bersaing meramaikan pasar global dengan perdagangan bebasnya?
Selamat sukses