Tanaman ini penulis temui di wilayah Sumatera Barat tahun 2018 yang lalu, yang tumbuh di sekitar dataran tinggi di Kabupaten 50 Koto Nagari Sungai Naning, Hmpir di Setiap sudut ditemui tanaman ini setelah ditanya ternyata tanaman ini oleh anak Fakultas pertanian namanya Ki pait.
Kipait, bunga bulan atau paitan adalah sejenis tumbuhan yang berbentuk seperti bunga matahari yang kelopaknya berwarna kuning dan inti bunga berwarna jingga. Kipahit atau Tithonia diversifolia atw bunga matahari Mexico, Akarnya ibarat reaktor pupuk dan hormon sekaligus.
Di perakaran kipahit ternyata hidup jutaan cendawan dan bakteri pelarut kalium dan fospat. Sebut saja bakteri kelompok Azotobacter sp dan Azospirillum sp. Mahluk supermini itu melarutkan kalium dan fospat yang umumnya mengendap dalam tanah serta menambat nitrogen dari udara.
Anggota keluarga Asteraceae itu pun muncul menjadi tanaman ajaib. Ia mampu menolong petani yang kesulitan pupuk buatan pabrik karena langka dan mahal. Belakangan terungkap bakteri di zona perakaran titonia juga menghasilkan fitohormon seperti auksin, giberelin, dan sitokinin. Akar tithonia juga terinfeksi cendawan mikoriza yang mampu memperluas zona perakaran. Mikoriza ibarat penambang hara sehingga tanaman efektif menyerap hara.
Serangkaian riset di Universitas Andalas, Padang, selama 11 tahun membuktikan titonia tak sekadar pupuk hijau biasa. Anggota keluarga kenikir-kenikiran itu mengalahkan pupuk hijau dari keluarga legum yang kaya rhizobium bakteri penambat N. Selama ini keluarga legum disebut pupuk hijau terbaik. Kini tithonia—dengan mikoriza, azospirillum, dan azotobacter—lebih unggul karena menyediakan nitrogen, kalium, fosfat plus fitohormon sekaligus.
Berbagai cara pemanfaatan paitan dalam pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah diantaranya:
1. Pemanfaatan pangkasan paitan sebagai mulsa
Pangkasan paitan disebarkan di permukaan tanah untuk menutupi tanah (mulsa) diantara tanaman yang diusahakan. Fungsi utama mulsa adalah mengurangi penguapan air tanah dan mengurangi fluktuasi suhu tanah. Mulsa paitan pada gilirannya akan mengalami dekomposisi daur ulang hara dan menambah kesuburan tanah.
2. Pemanfaatan pangkasan paitan sebagai bahan dasar kompos
Hasil pangkasan paitan dikomposkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan ke lahan pertanian. Pemberian kompos bermakna sangat penting bagi perbaikan sifat fisik, kesuburan (peningkatan kadar N, P, K dan Mg tanah) maupun kehidupan biota tanah sebagai komponen peningkatan kualitas tanah.
3. Pemanfataan pangkasan paitan sebagai pupuk hijau dan substitusi input pupuk dari luar.
Dengan pertumbuhan cepatnya, biomasa mencapai 5-8 ton/ha/tahun (dari 2x pangkasan), pangkasan paitan potensial sebagai pupuk hijau di Negara Kenya. Hasil penelitian Purwani (2010) paitan mengandung (2.7-3.59% N, 0.14-0.47% P, 0.25-4.10% K) sehingga aplikasinya mampu mengurangi sebagian penggunaan pupuk dari luar.
4. Penanaman paitan sebagai tanaman pagar dalam budidaya lorong (alley cropping)
Paitan ditanam sebagai tanaman pagar menurut arah kontur, dan pangkasannya dimanfaatkan sebagai mulsa maupun kompos pada tanaman utama yang dibudidayakan di bagian lorong. Hasil penelitian Alfina(2010) penanaman titonia/paitan mampu mengurangi tanah tererosi sebesar 0.1 ton/ha (16.67%) – 0.3 ton/ha (50%) dan mengurangi aliran permukaan sebesar 109.65 m3/ha (46.59%) – 173.85 m3/ha (73.87%) dan aplikasi pangkasannya mampu meningkatkan hasil pipilan kering jagung dengan hasil mencapai 5.89 ton/ha.
5. Paitan sebagai bioakumulator logam berat
Tanaman paitan ditengarai mampu mengakumulasi beberapa logam berat, data yang didapat akumulasi Pb tertinggi pada akar, sedangkan akumulasi Zn tertinggi pada bagian daun. Logam berat lain yang diserap dalam jumlah banyak adalah Cd, Cu, Ag. Hal ini mengindikasikan potensi paitan sebagai materi remidiasi lahan tercemar.
6. Paitan sebagai penolak hama maupun insektisida nabati.
Belajar dari pengetahuan lokal (local knowledge) tanaman ini berasa pahit (disebut paitan) tanaman ini jarang diserang hama. Sehingga dicoba digunakan sebagai repellent (penolak) hama dengan cara penanaman pada beberapa spot di pinggir lahan budidaya. Beberapa petani mempergunakan ekstrak daun paitan sebagai insektisida nabati. Daun paitan mengandung asam palmirat yang bersifat sebagairepellent dan berpengaruh negatif terhadap sistem saraf serta metabolism serangga. Konsentrasi 50 – 60 g/l sudah efektif dalam mengendalikan serangga hama.
Salah satu buku yang menarik dibaca (masuk ke cetakan ke 11):
Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. 1992. Coen Reijntjes, B. Haverkort dan A. Waters-Baye